Masjid Sunan Maneron, Jejak Warisan Sunan Bonang di Madura - Nuansa Kehidupan
Headlines News :
Home » , » Masjid Sunan Maneron, Jejak Warisan Sunan Bonang di Madura

Masjid Sunan Maneron, Jejak Warisan Sunan Bonang di Madura

Written By Reng Dhisah on Minggu, 02 Agustus 2015 | 19.48

 Masjid Jami' Baitur Rohman Al Bonang yang terletak di Desa Maneron, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, merupakan salah satu masjid tertua dan bersejarah.

Masjid yang berada di tengah pemukiman warga itu, merupakan peninggalan dari salah seorang murid Sunan Bonang yakni Imam Tendo. Masjid yang tidak terlalu besar ini pertama kali dibangun sekitar pada abad ke-14.

Konon, Imam Tendo datang ke pulau garam itu untuk mensyiarkan agama Islam pada masyarakat. Kemudian masjid tersebut dijadikan tempat untuk shalat, sekaligus memberikan pendidikan agama terhadap masyarakat.

Lalu Imam Tendo oleh warga setempat, dijuluki Sunan Maneron. Hingga kini, peninggalan Sunan Maneron tersebut masih terjaga rapi oleh masyarakat. Bahkan, masyarakat melakukan pemugaran pada masjid tertua itu pada 2011.

Oleh karenanya, masjid ini tidak tampak seperti peninggalan zaman dahulu, bila dilihat dari luar masjid. Sebab, bangunan masjid sendiri pasca-pemugaran, tampak seperti pada umumnya. Hanya saja ukuran masjid tidak terlalu besar, sekira 20x25 meter.

Namun ketika memasuki bagian dalam masjid, baru terasa bahwa bangunan ini merupakan peninggalan Sunan Maneron, di mana di dalam masjid ada sebuah batu besar, yang diyakini sebagai tempat petilasan Sunan Maneron.

"Batu ini tidak bisa dipindah, meskipun diangkat oleh banyak orang. Karena batunya besar. Sehingga saat melakukan pemugaran, batu ini dibiarkan di dalam masjid," terang Bendaraha Masjid Jami' Baitur Rohman Al Bonang, Rustam Aji.

Selain batu besar, sambung Rustam, ada benda lain yang merupakan sisa peninggalan Sunan Maneron, yakni berupa kayu ukiran yang dijadikan penyangga bangunan. Serta ada sebuah mimbar.

Pada atas mimbar terdapat dua anak panah yang saling berhadapan. Lalu di tengah-tengahnya ada lambang roda. Mimbar ini dijadikan tempat Khotib ketika membaca Khutbah saat Shalat Jumat.

"Kami secara turun-temurun selalu menjaga keberadaan masjid peninggalan Sunan Maneron, agar tetap lestari. Serta sebagai bentuk kecintaan kami kepada beliau (sunan maneron)," paparnya.

Di depan masjid, ada kuburan kerabat Sunan Maneron, yang kerap kali masyarakat berziarah ke sana. Sedangkan kuburan Sunan Maneron sendiri berada di kecamatan Arosbaya, Bangkalan.

Sementara pada teras masjid Jami' Baitur Rohman Al Bonang, terdapat sebuah gentong besar yang ditanam pada lantai masjid. Gentong ini berada pada teras masjid sebelah kanan atau utara. Dalam gentong, berisi air sumber yang diambil dari sumur tua.

Di atas gentong bertuliskan 'Gentong Agung Peninggalan Sinohon Muniron'. Setiap warga atau peziarah yang datang ke masjid, tidak akan melewatkan minum dari air gentong itu. Di samping bisa menyegarkan tubuh, juga diyakini untuk keselamatan bagi orang yang meminumnya.

Bahkan, pernah ada suatu kejadian dari air gentong. Pada saat itu ada dua warga dari luar Desa Maneron terlibat suatu pesoalan dan datang ke masjid peninggalan sunan maneron. Lalu kedua warga minum air gentong.

Ketika hendak meminum air gentong, masing-masing bilang jika dirinya berkata bohong sebelumnya akan berdampak buruk dalam kehidupan. Berselang beberapa hari, salah satu dari warga itu meninggal dunia.

Tidak tahu secara pasti kenapa orang itu meninggal, namun warga meyakini dia meninggal akibat termakan sumpahnya saat minum air gentong. Pasca-kejadian itu, situs tersebut sering dijadikan tempat warga untuk bersumpah demi mencari sebuah kebenaran.

"Cerita itu memang ada, tapi ini kepercayaan dari masyarakat luar. Banyak warga yang datang ke sini dari luar Madura, seperti Tuban dan daerah lain untuk berziarah dan mencari berkah," imbuh Rustam Aji.

Menurut Rustam, gentong sendiri merupakan peninggalan dari Sunan Maneron. Pengurus masjid mengisi air ke dalam gentong ketika sudah kosong, yang diambilkan dari sumur tua, yang ada di sekitar masjid. "Peziarah yang datang ke sini selalu meminum air gentong untuk keselamatan," paparnya.

Selain air gentong, pada teras masjid Jami' Baitur Rohman Al Bonang ada pohon kemuning yang sudah kering. Pohon ini persisnya berada di teras depan sebelah kanan atau utara masjid. Tinggi pohon sendiri sekira 2,5 meter.

Namun, warga sekitar tidak berani membuang pohon kering itu. Sebab, pernah ada kejadian ketika seorang tukang menebang pohon ini langsung sakit usai memotong pohon.

Awalnya, sang tukang tidak merasa jika sakit yang diderita akibat menebang pohon kering di teras masjid. Sakit yang diderita sang tukang terus bertambah parah, meskipun sudah diobati.

Akhirnya, sang tukang ingat bahwa dirinya sakit usai memotong pohon keramat yang merupakan peninggalan Sunan Maneron, saat pemugaran masjid. Kemudian dia meminta kerabatnya untuk menyambung kembali pohon kemuning.

Setelah pohon tersambung dan kembali berdiri kokoh, sakit yang diderita sang tukang berangsur membaik. Sebelum akhirnya sang tukang sembuh total dan kembali beraktivitas.

"Beruntung kayunya tidak sampai dipotong, sehingga bisa dipasang kembali. Seandainya pohon itu dibakar, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada tukang itu," sambung Rustam lagi.

"Pasca-kejadian itu, masyarakat tidak berani mengotak-atik benda peninggalan Sunan Maneron, mulai dari gentong, ukiran, mimbar, batu dan pohon kemuning," tukasnya.





(raw) / https://news.okezone.com/read/2015/06/15/519/1165353/menengok-warisan-murid-sunan-bonang-di-madura, Senin 15 Juni 2015

Share this article :

0 Komentar Sampean:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

.
 
Alamat : Maneron - Kecamatan Sepulu
Kabupaten Bangkalan
Pedesaan Nan Indah
Supported: CT and AR - Maneron